Memadukan misi hidup dalam sebuah kerja
Bisnis online, bisnis offline, dan semua bisnis-bisnis yang lain selalu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Prinsip ekonomi mengatakan "Dengan pengorbanan sedikit dan mendapat sesuatu sebanyak-banyaknya". Termasuk andakah yang menggunakan prinsip diatas?.
Pernahkah anda berpikir betapa indahnya jika rasa kebersamaan lebih kuat daripada prinsip ekonomi diatas? Prinsip kaum kapitalis yang memperlebar jarak antara kaum borjuis dan proletar. Mari kita simak kisah wanita tua penahan langit dibawah ini, apa pendapat anda dengan prinsip hidupnya? Sebuah kebodohan ataukah sebuah sifat mulia, yang jika dimiliki sebagian besar rakyat Indonesia, maka saya yakin negeri ini akan terlepas dari kesulitan?
Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya di dekat sebuah proyek pembangunan sebuah mall. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka (para kuli angkut dan pekerja bangunan) menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah, dan mampu mengganjal perut agar tidak teriak-teriak.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah, satu bungkus nasi hanya seharga dua ribu lima ratus rupiah, padahal berapa harga beras sekarang? berapa harga minyak tanah sekarang?. Lalu apa untungnya berjualan begitu murah?, seseorang pernah bertanya. Wanita itu terkekeh menjawab, "Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun" Tapi bukankah ibu bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, "Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?" katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini mulai bekerja membangun mall yang konon dimiliki oleh pengusaha Asli Indonesia.
Ah! Betapa cantiknya, betapa indahnya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja? menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.
Bagaimana pendapat anda dengan kisah diatas? Pernahkah kita memikirkan orang-orang mulia seperti wanita tua diatas? Atau bagaimana kalau kita bandingkan dengan diri kita sendiri? Jujur saya malu kalau membandingkan kemuliaan wanita diatas dengan saya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar